

Victor Fidelis Sentosa
Fotografer dokumenter dan jurnalistik yang berfokus pada penelusuran narasi tradisi di Kalimantan Barat serta berbagai situasi sosial yang terjadi baik di wilayah Kalimantan maupun pada level nasional. Melalui pendekatan visual yang jujur dan observatif, Victor menghadirkan dokumentasi yang merekam dinamika masyarakat, identitas budaya, serta peristiwa-peristiwa penting yang membentuk kehidupan sehari-hari. Karyanya menjadi medium yang menghubungkan cerita lokal dengan percakapan yang lebih luas, sekaligus memperkuat representasi Kalimantan Barat dalam lanskap fotografi dokumenter Indonesia..


Memanggil Semangat
Foto Print
60x90 cm (2025)
Di tengah heningnya rimba hutan Kalimantan, suara-suara bambu yang terbelah menggema dalam ritme yang tak sekadar fisik, tetapi juga spiritual. Ritual Adu Tangkin, adalah sebuah ritual adat dalam masyarakat adat Bidayuh, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai jembatan antara dunia manusia dan dunia roh leluhur.
Tangkin dalam masyarakat adat Sebujit adalah senjata tradisional sekaligus pusaka leluhur untuk melindungi diri oleh musuh. Menggunakan tangkin para laki-laki masyarakat adat Bidayuh menebas batang-batang bambu yang telah disiapkan sebagai medium. Tebasan itu bukan sekadar aksi simbolik, melainkan wujud panggilan, seruan batin untuk membangkitkan kembali semangat yang diyakini menghilang dari tubuh.
Dalam kepercayaan masyarakat adat Bidayuh, semangat adalah energi hidup yang dapat tersesat, hilang, atau terganggu oleh gangguan spiritual maupun ketidakseimbangan alam. Maka, melalui Adu Tangkin, roh-roh leluhur dipanggil dan dihormati agar bersedia membimbing dan mengembalikan keseimbangan jiwa, baik secara individu maupun kolektif.
Dibuka dengan doa dan taburan persembahan, ritual ini menjadi ruang pertemuan antara yang kasatmata dan yang gaib, antara suara bambu yang pecah dan bisikan leluhur yang datang dalam senyap. Di akhir prosesi, saat tebasan terakhir menghentak udara, kepercayaan pun ditegakkan: bahwa semangat telah kembali, dan kehidupan bisa berjalan kembali dengan utuh.
Adu Tangkin bukan hanya sekadar tradisi, tetapi narasi yang hidup dan terus bergema di hutan dan hati masyarakat adatSebujit sebagai simbol untuk selalu terhubung dengan akar, dengan roh, dan dengan alam yang menjadi rumah bersama


Memanggil Semangat
Foto Print
60x90 cm (2025)
Di tengah heningnya rimba hutan Kalimantan, suara-suara bambu yang terbelah menggema dalam ritme yang tak sekadar fisik, tetapi juga spiritual. Ritual Adu Tangkin, adalah sebuah ritual adat dalam masyarakat adat Bidayuh, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai jembatan antara dunia manusia dan dunia roh leluhur.
Tangkin dalam masyarakat adat Sebujit adalah senjata tradisional sekaligus pusaka leluhur untuk melindungi diri oleh musuh. Menggunakan tangkin para laki-laki masyarakat adat Bidayuh menebas batang-batang bambu yang telah disiapkan sebagai medium. Tebasan itu bukan sekadar aksi simbolik, melainkan wujud panggilan, seruan batin untuk membangkitkan kembali semangat yang diyakini menghilang dari tubuh.
Dalam kepercayaan masyarakat adat Bidayuh, semangat adalah energi hidup yang dapat tersesat, hilang, atau terganggu oleh gangguan spiritual maupun ketidakseimbangan alam. Maka, melalui Adu Tangkin, roh-roh leluhur dipanggil dan dihormati agar bersedia membimbing dan mengembalikan keseimbangan jiwa, baik secara individu maupun kolektif.
Dibuka dengan doa dan taburan persembahan, ritual ini menjadi ruang pertemuan antara yang kasatmata dan yang gaib, antara suara bambu yang pecah dan bisikan leluhur yang datang dalam senyap. Di akhir prosesi, saat tebasan terakhir menghentak udara, kepercayaan pun ditegakkan: bahwa semangat telah kembali, dan kehidupan bisa berjalan kembali dengan utuh.
Adu Tangkin bukan hanya sekadar tradisi, tetapi narasi yang hidup dan terus bergema di hutan dan hati masyarakat adatSebujit sebagai simbol untuk selalu terhubung dengan akar, dengan roh, dan dengan alam yang menjadi rumah bersama
