

Susur Galur
Dibentuk pada tahun 2021, Kolektif Susur Galur berfokus pada praktik-praktik interdisipliner dalam mempelajari budaya masa lalu dan kontemporer untuk membangun hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan pelestarian, manajemen program seni, serta berbagi pengetahuan melalui riset, proyek seni, lokakarya, festival, pameran seni, dan menafsirkan kembali ruang-ruang sosial budaya sebagai ruang bermain dan laboratorium artistik.


Repair u’re Mindset
HDPE, PET, LDPE, Installation; Sideboards, Poster, Plastic Works, Tables and Chairs in scrap wood.
Gagasan ini lahir dari kegelisahan atas krisis ekologis yang mengancam bumi, di mana plastik dan sampah menjadi simbol paradoks peradaban modern: instan sekaligus merusak. Dan seni bukanlah objek pasif, melainkan ruang partisipatif yang mengajak penikmatnya terlibat dalam refleksi kritis (Arnold Berleant). Karya ini menjadi metafora ruang interaksi di mana manusia berbagi cerita dalam model percakapan apapun (Nongkrong). Furnitur daur ulang ini menjadi simbol relasi baru antara manusia dan lingkungan: tidak eksploitatif, tetapi simbiotik. Konsep object-oriented ontology (OOO) relevan di sini—benda (plastik) bukanlah entitas pasif, melainkan aktor yang memengaruhi realitas. Ketika duduk di kursi daur ulang, kita diingatkan bahwa setiap pilihan material memiliki konsekuensi ekologis. Karya ini menjadi manifesto kecil untuk menggeser kesadaran: dari antroposentris ke ekosentris. Melalui estetika daur naik, karya ini tidak hanya mengajak penikmatnya melihat "keindahan", tetapi juga jejak ekologis yang tersembunyi di balik konsumsi kita sehari-hari. Tindakan ini menantang hierarki industri yang maskulin: produksi massal, eksploitasi, dan pembuangan. Dengan ini, mengajak kita semua untuk duduk, merenung, dan bertanggungjawab.


Repair u’re Mindset
HDPE, PET, LDPE, Installation; Sideboards, Poster, Plastic Works, Tables and Chairs in scrap wood.
Gagasan ini lahir dari kegelisahan atas krisis ekologis yang mengancam bumi, di mana plastik dan sampah menjadi simbol paradoks peradaban modern: instan sekaligus merusak. Dan seni bukanlah objek pasif, melainkan ruang partisipatif yang mengajak penikmatnya terlibat dalam refleksi kritis (Arnold Berleant). Karya ini menjadi metafora ruang interaksi di mana manusia berbagi cerita dalam model percakapan apapun (Nongkrong). Furnitur daur ulang ini menjadi simbol relasi baru antara manusia dan lingkungan: tidak eksploitatif, tetapi simbiotik. Konsep object-oriented ontology (OOO) relevan di sini—benda (plastik) bukanlah entitas pasif, melainkan aktor yang memengaruhi realitas. Ketika duduk di kursi daur ulang, kita diingatkan bahwa setiap pilihan material memiliki konsekuensi ekologis. Karya ini menjadi manifesto kecil untuk menggeser kesadaran: dari antroposentris ke ekosentris. Melalui estetika daur naik, karya ini tidak hanya mengajak penikmatnya melihat "keindahan", tetapi juga jejak ekologis yang tersembunyi di balik konsumsi kita sehari-hari. Tindakan ini menantang hierarki industri yang maskulin: produksi massal, eksploitasi, dan pembuangan. Dengan ini, mengajak kita semua untuk duduk, merenung, dan bertanggungjawab.
