

Sonia Luhong Wan
Arsitektur asal Kalimantan Timur yang berfokus pada eksplorasi arsitektur rewilding serta praktik perancangan ruang yang selaras dengan alam, budaya, dan material lokal. Dalam karyanya, Aulia menggabungkan pendekatan ekologis dengan pengalaman inderawi, menghadirkan ruang-ruang yang hidup, adaptif, dan berakar pada konteks lingkungan. Selain berkarya, ia juga aktif mengajar dan membagikan pengetahuan mengenai desain berkelanjutan, hubungan manusia–alam, serta potensi material lokal sebagai bagian dari upaya membangun masa depan ruang yang lebih harmonis.
Sonia Luhong Wan.


'One Man's Culture is Another Man's Museum'
Mixed media installation, Variable dimensions
Pada bulan Mei, saya bergabung dengan sekelompok kurator, seniman, dan pekerja budaya Pribumi dan yang bersekutu dengan komunitas Pribumi dalam sebuah kegiatan di Pitt Rivers Museum, Oxford. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang museum tersebut untuk meninjau secara kritis pendekatan kuratorial mereka, yang selama ini banyak dipengaruhi oleh warisan kolonial.
Kami juga diundang untuk memilih dan mengamati beberapa objek dari koleksi museum. Banyak dari objek tersebut memiliki dokumentasi yang minim atau tidak akurat—rincian tentang asal-usul, konteks, dan komunitas sering kali hilang atau disalahartikan.
Instalasi ini merefleksikan pengalaman saya selama kunjungan itu. Foto-foto yang ditampilkan di sini, diambil saat sesi pengamatan, berubah menjadi objek itu sendiri dan perlu diperlakukan dengan hati-hati. Mereka memberikan kilasan, namun bukan kejelasan, atas benda-benda dari Borneo yang saya lihat; cukup untuk membangkitkan rasa ingin tahu, tapi belum cukup untuk menjelaskan sepenuhnya.
Apa maknanya bagi Anda, sebagai penonton, melihat objek-objek dari Borneo yang kini berada di luar Borneo—terpisah dari manusia, tempat, dan tujuan asalnya? Siapa yang berhak berbicara tentang benda-benda ini, dan dengan cara bagaimana? Jika kita membayangkan sebuah museum masa depan yang berakar pada kesetaraan dan kepedulian, akan seperti apakah wujudnya? Siapa yang akan hadir di sana—dan apa yang akan mereka lakukan?


'One Man's Culture is Another Man's Museum'
Mixed media installation, Variable dimensions
Pada bulan Mei, saya bergabung dengan sekelompok kurator, seniman, dan pekerja budaya Pribumi dan yang bersekutu dengan komunitas Pribumi dalam sebuah kegiatan di Pitt Rivers Museum, Oxford. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang museum tersebut untuk meninjau secara kritis pendekatan kuratorial mereka, yang selama ini banyak dipengaruhi oleh warisan kolonial.
Kami juga diundang untuk memilih dan mengamati beberapa objek dari koleksi museum. Banyak dari objek tersebut memiliki dokumentasi yang minim atau tidak akurat—rincian tentang asal-usul, konteks, dan komunitas sering kali hilang atau disalahartikan.
Instalasi ini merefleksikan pengalaman saya selama kunjungan itu. Foto-foto yang ditampilkan di sini, diambil saat sesi pengamatan, berubah menjadi objek itu sendiri dan perlu diperlakukan dengan hati-hati. Mereka memberikan kilasan, namun bukan kejelasan, atas benda-benda dari Borneo yang saya lihat; cukup untuk membangkitkan rasa ingin tahu, tapi belum cukup untuk menjelaskan sepenuhnya.
Apa maknanya bagi Anda, sebagai penonton, melihat objek-objek dari Borneo yang kini berada di luar Borneo—terpisah dari manusia, tempat, dan tujuan asalnya? Siapa yang berhak berbicara tentang benda-benda ini, dan dengan cara bagaimana? Jika kita membayangkan sebuah museum masa depan yang berakar pada kesetaraan dan kepedulian, akan seperti apakah wujudnya? Siapa yang akan hadir di sana—dan apa yang akan mereka lakukan?
