

Pieter Andas Parinatha
Pieter Andas Parinatha adalah seorang seniman audio-visual asal Kalimantan yang karya-karyanya berfokus pada eksplorasi budaya dan praktik lokalisasi di Kalimantan Barat. Melalui pendekatan eksperimental dan narasi visual berbasis riset, ia menghadirkan representasi baru tentang identitas, memori kolektif, serta dinamika sosial masyarakat lokal.
Selain berkarya di ranah seni, Pieter juga aktif dalam pengembangan komunitas dan saat ini menjabat sebagai Ketua Komunitas Pemuda Dayak, di mana ia mendorong kolaborasi kreatif, pendidikan budaya, dan ruang ekspresi bagi generasi muda Kalimantan. Karyanya menjadi jembatan antara tradisi, teknologi, dan perspektif kontemporer.


“I Am What You Wear, I Am What I Am”
Installation Video
n/a (2025)
Karya instalasi video berjudul “I Am What You Wear, I Am What I Am” menghadirkan eksplorasi identitas sosial budaya melalui perpaduan media analog dan material fisik. Enam unit televisi analog (CRT) digunakan untuk menampilkan feed video langsung dari kamera yang menangkap ekspresi wajah. Sinyal video ditransmisikan melalui kabel RCA dengan format komposit, menciptakan estetika retro dengan tekstur visual khas seperti scanline dan warna luntur, yang memperkuat narasi tentang hubungan manusia dengan teknologi dan mode. Manekin, sebagai representasi tubuh yang masing-masing mengenakan busana berbeda sebagai simbol variasi identitas sosial, diposisikan di bawah televisi yang berfungsi sebagai “kepala,” menggambarkan bagaimana pakaian dan media membentuk persepsi diri dan publik, sekaligus mengundang refleksi atas sifat sementara identitas dalam kehidupan sosial dan budaya.


“I Am What You Wear, I Am What I Am”
Installation Video
n/a (2025)
Karya instalasi video berjudul “I Am What You Wear, I Am What I Am” menghadirkan eksplorasi identitas sosial budaya melalui perpaduan media analog dan material fisik. Enam unit televisi analog (CRT) digunakan untuk menampilkan feed video langsung dari kamera yang menangkap ekspresi wajah. Sinyal video ditransmisikan melalui kabel RCA dengan format komposit, menciptakan estetika retro dengan tekstur visual khas seperti scanline dan warna luntur, yang memperkuat narasi tentang hubungan manusia dengan teknologi dan mode. Manekin, sebagai representasi tubuh yang masing-masing mengenakan busana berbeda sebagai simbol variasi identitas sosial, diposisikan di bawah televisi yang berfungsi sebagai “kepala,” menggambarkan bagaimana pakaian dan media membentuk persepsi diri dan publik, sekaligus mengundang refleksi atas sifat sementara identitas dalam kehidupan sosial dan budaya.
