Catur Nugroho

Catur Nugroho, seniman muda kelahiran Wonosobo 1999. Memulai karir seninya sejak 2018. Karya-Karyanya cenderung bereksperimentasi dan mengeksplorasi berbagai material untuk diolah menjadi karya dua maupun tiga dimensi seperti Lukis dan instalasi. Tertarik pada isu lingkungan, konteks budaya lokal, realitas sosial, dan sejarah, sering kali menjadi inspirasi pada setiap karyanya. Catur aktif dalam banyak proyek seni dan pameran, diantaranya Arisan Karya Museum MACAN, Nandur Srawung 7, Special Projek Jogja Art Week 2020, Asana Bina Seni 2022 oleh Biennale Jogja, Residensi ke TUBABA 2022, Pameran tunggal MITONI: Lanskap Sublim 2025 dan lainnya. Selain itu karyanya pernah menjadi karya terbaik dalam Pameran Edu Art Award 2020, menjadi salah satu dari Finalis UOB-POY2021, finalist Basoeki Abdullah Art Award 2024 Dan Pemenang Katamsi Young Artist Award 2024.

Judul : Jejak Api

“Jejak Api” adalah ungkapan yang lahir dari perenungan atas sisa-sisa yang ditinggalkan oleh kebakaran, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional dan ekologis. Dalam karya ini, saya mencoba menangkap bukan hanya visual dari arang dan kayu hangus, tapi juga getaran pilu yang tersisa di baliknya. Api di sini bukan hanya sebagai elemen destruktif, tetapi juga sebagai simbol jejak dari relasi timpang antara manusia dan alam. Sebagai seniman yang tumbuh di tengah lanskap pegunungan dan sawah yang terus berubah, saya melihat bagaimana api menjadi saksi bisu dari kerakusan. Ia menyisakan guratan luka di tubuh bumi, hitam, getir, dan sunyi. Tapi justru dalam kesunyian itu, saya menemukan narasi: bahwa setiap bara yang padam adalah cerita yang menunggu untuk dibaca ulang, dan direnungi. Secara visual, saya membiarkan tekstur kayu hangus bicara. Retakan, serpihan, dan warna yang memudar menjadi aksen atas kehampaan yang ditinggalkan. Ini bukan sekadar estetika kesedihan, melainkan ruang kontemplatif: ajakan untuk menyadari bahwa kita adalah bagian dari lanskap yang kita rusak. “Jejak Api” adalah dokumentasi sekaligus doa. Ia mencatat jejak peristiwa, tapi juga menyimpan harapan, bahwa dari puing-puing kehancuran, mungkin suatu hari bisa tumbuh lagi keharmonisan. Tapi itu semua tergantung pada kesadaran kita: apakah kita masih melihat jejak itu hanya sebagai abu, atau sebagai pelajaran.

Ukuran : 100 x 100cm

Medium : Akrilik On Kanvas

Tahun : 2025